Angel Smiley

Rabu, 29 September 2010

What if..

Udah lama banget sejak terakhir nulis blog.. dan sekarang rasanya tiba2 sangat ingin nulis..

Kalo dihitung-hitung, udah setengah tahun saya putus dengan pacar pertama.. Maret-September.. setengah tahun sudah banyak yang berlalu.. banyak orang baru yang saya kenal, saya sudah makin mahir naik motor, skripsi akhirnya selesai (makanya sempet nulis blog lagi), dan salah satu stasiun TV sekarang membuka kesempatan untuk saya memulai karir setelah lulus..

Trus, kenapa tiba-tiba sangat ingin nulis??

Hmm.. saya baru kumpul hard cover (hasil akhir skripsi setelah sidang) jumat kemarin. dan mumpung belum kerja, banyak waktu untuk bersenang-senang.. dan salah satunya yaitu saya bisa nonton sepuasnya..

Film yang baru saya tonton sangat memberi inspirasi, "letters to juliet" 

Di sini saya bukan mau ceritain sinopsisnya, tapi mau menjabarkan betapa tersentuhnya saya (secara pribadi) sama isi surat di dalam film itu.. (YANG BELUM NONTON LEBIH BAIK JANGAN LANJUT BACA TULISAN INI)

"what" and "if" are two words as not-threatening as words can be. but, put them together, side by side, and they have the power to haunt you for the rest of your life.

Itu dua kalimat pertama dalam surat balasan dari "sekretaris Juliet".

Saya sangat setuju dengan kalimat-kalimat itu. Dengan alasan:

1. saya tipe pemikir dan tipe yang suka bertanya ke diri sendiri di kala berpikir "what if"

2. di usia saya sekarang, ada beberapa penyesalan dalam hidup saat saya bertanya "what if". Dua kata itu benar-benar "memburu" dan "menghantui" saya di saat saya berpikir

Tapi, pada akhir dari pemikiran saya yang diselipi penyesalan, saya pasti berpikir "what if I weren't know You, God?"

Saya bersyukur di balik penyesalan saya, masih ada rasa syukur. Hidup ini memang tergantung pada cara kita memandangnya..

Saat meratap, saya memandang hidup ini tanpa harapan. Saya marah pada Tuhan. 

Saat bahagia, saya memandang hidup ini begitu indah. Saya bersyukur pada Tuhan.

Saat kebingungan, saya memandang hidup ini aneh. Saya bertanya pada Tuhan.

Saat menyesal, saya memandang hidup sungguh tak adil. Saya mengadu pada Tuhan.

Saat gelisah, saya memandang hidup ini unik. Saya tertawa bersama Tuhan.

Iya, betul.. Tuhan nampaknya selalu ada. Tapi jujur, kadang saya merasa kosong (efek kebanyakan mikir), saya merasa jembatan antara saya dan Dia terputus..

"Indahnya hidupku, Tuhan.. andai aku mengenalMu lebih awal.. Apakah Kau mendengar isi hatiku? Seandainya Tuhan, seandainya.. seandainya ada satuuuu saja bagian cerita yang Kau hilangkan dalam hidupku, semua akan berbeda saat ini kan Tuhan?"

"what if that night I didn't wish for someone to be with me?"

"what if I didn't make a move to stop it all?"

"what if I didn't say 'yes'?"

"what if I just gave up in the first try?"

"what if I were listening to them?"

Masih banyak "what if" dalam kepalaku, tapi anehnya.. gak pernah muncul pemikiran "what if God doesn't love me?" (baru muncul karena dicari-cari di dalam kepala, pertanyaan apa yang gak pernah terlontar?) Karena satu hal yang saya tahu

-God does love me- no matter what happened, what is happening, and what will happen in my life.

Happy writing letters to God, He loves you.. :)